Sebuah kisah dari tanah kegelapan
menjadi terang dengan ajaran sang nabi
negeri dengan peradaban keindahan
disaat ufuk terang,wajah buminya memikat
penaklukan gemilang mimpi masa lalu
kejayaan terbungkus cinta,indah dunia
untuk raja raja bermahkotakan keangkuhan
dari istana yang berbentengkan kerakusan
Andalusia...kini derita tlah menimpamu
tergiring nafsu menaiki singgasana
Andalusia...gunung uhud pun rubuh
mendengar retak harmoni diwajahmu
Reff :
Seribu musim tegak berdiri
mengatasnamakan semua asma-mu
seagala yang sempurna kini menghilang
terpedaya perhiasan dunia
Kiblat andalusia kini terusir
berganti dinding nista dan hina
mighrab menangis,mimbar bersenandung duka
ketika iman tak ada lagi di hati...
Selasa, 21 Januari 2014
Senin, 20 Januari 2014
KERJA KERAS SANG SEMUT
Saudaraku, tentu pernah membeli susu kental
manis dalam kaleng bukan? Begitupun saya. Setiap kali membeli susu kaleng,
setelah kalengnya dilubangi biasanya saya simpan dalam mangkuk yang telah
terisi air, dengan maksud terhindar dari semut.
Suatu pagi, sebelum berangkat kerja, saya
menyiapkan minuman hangat favorit, segelas air teh hangat dicampur susu dalam
kaleng. Sebelum menuangkan susu ke dalam gelas, kulihat di air dalam mangkok
tempat susu itu beberapa ekor semut yang sudah tak bernyawa.
Saudaraku, sungguh pemandangan yang mungkin
biasa kita lihat, sekumpulan semut yang mati di tengah genangan air. Namun
pernahkah kita renungkan betapa hebatnya mentalitas sang semut walaupun
bertubuh kecil tapi memiliki semangat yang sangat besar. Semut tahu di dalam
kaleng itu ada susu yang lezat, tapi ada genangan air yang menghalanginya. Maka
Ia pun berenang, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Dan tahukah, di antara
mereka ada yang berhasil menikmati susu kaleng itu, walaupun sebagian di antara
mereka ada yang meregang nyawa.
Di antara pelajaran berharga dari makhluk
Allah yang bernama “semut’ adalah makna sebuah kerja keras. Bukankah seringkali
kita tidak bersemangat ketika mendapatkan sebuah tantangan baru, merasa diri
tidak mampu, padahal saat itu kita tahu bahwa ada sebuah kenikmatan yang bisa
kita dapatkan seandainya kita bisa melewati dengan baik tantangan itu. Kita pun
akhirnya berpasrah diri, menerima keadaan saat ini tanpa beranjak kepada
situasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik.
Ibarat sebuah perjalanan, bekerja keras
tentu adalah sebuah gerak langkah menuju satu tujuan. Jika kita diam tanpa
sebuah gerakan apapun, tentu kita tidak akan pernah sampai pada sebuah tujuan.
Bukankah alam semesta pun bergerak? Bayangkan seandainya bumi berhenti
bergerak, matahari enggan berputar, planet dan bintang-bintang berdiam diri,
tentu kita tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia dan alam semesta
raya. Lihatlah air yang tergenang tiada mengalir, biasanya kotor bahkan bisa
menjadi sumber penyakit, kemudian bandingkan dengan air sungai jernih yang
mengalir deras dari pegunungan tentu akan terlihat lebih segar menyejukkan.
Belajar kerja keras dari sang semut,
teringat suatu saat dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW
pernah mencium tangan orang yang bekerja mencari kayu, yaitu Sa’ad bin Mu’az
ketika melihat tangannya kasar karena dia bekerja keras. Nabi Muhammad SAW pun
bersabda, "Inilah dua telapak tangan yang dicintai Allah.” Rasulullah SAW
sebagai pemimpin sejati, tentu menjadi suri teladan dalam hal kerja keras.
Tiada mungkin terbangun peradaban emas kaum muslimin abad ke 7 s.d 14 di
Andalusia Spanyol tanpa sebuah mental kerja keras Rasulullah dan para
sahabatnya. Sungguh tiada mungkin, Islam menyebar hingga ke seluruh pelosok
negeri jika saja Rasulullh dan para sahabatnya berpangku tangan tanpa sebuah
kerja keras. Selain bekerja keras siang dan malam untuk umatnya, Rasulullah pun
diriwayatkan, menjahit sendiri bajunya, memeras sendiri susu kambingnya dan
melayani keluarga. Subhanallah.
Menarik apa yang di sampaikan salah seorang
sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab, ”Janganlah salah seorang kamu duduk di
mesjid dan berdo’a, ‘Ya Allah berilah aku rezeki’. Sedangkan ia tahu bahwa
langit tidak akan menurunkan hujan emas dan hujan perak.” Bahkan Umar pernah
menegur seseorang yang hanya duduk berdo’a di masjid tanpa mau bekerja dan
berusaha, hanya mengharapkan bantuan orang lain.
Sifat malas bukanlah sikap mental yang
diajarkan Rasulullah. Karenanya beliau pernah berdo’a kepada Allah agar
dilindungi dari sifat lemah dan malas.
”Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari
kegelisahan dan kesedihan, Aku berlindung kepada-MU dari kelemahan dan
kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan pelit, Aku
berlindung kepada-Mu dari jeratan hutang dan kesewenang-wenangan orang lain.”
Akhirnya, marilah kita jadikan setiap desah
nafas sebagai dzikir kita kepada Allah SWT. Kita jadikan setiap gerak langkah
kita sebagai tasbih kita kepadaNya. Apapun profesi kita, di manapun kita
bekerja, apapun status kita, jadikanlah semuanya sebagai pengabdian kepada
Allah tanda syukur kita kepada Tuhan yang telah menghidupkan dan menggerakkan kita.
Oleh: Aldyn Sarifudin
Langganan:
Postingan (Atom)